Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor

Senyum Sebagai Bagian dari Salah Satu Karakter Seorang Hotelier

Hospitality dimaknai sebagai sikap yang ramah-tamah, sopan kepada semua orang.  Dalam dunia perhotelan istilah ini dapat pula diartikan sebagai interaksi antara tuan rumah dan tamu yang menikmati jamuan makanan, minuman atau akomodasi secara bersamaan. Selain itu menurut Pendit (2007) istilah hospitality bila dikaitkan dengan pariwisata merupakan ruh dan jiwa, dari pariwisata. Karena pentingnya hospitality dalam pariwisata, produk pariwisata akan lesu seperti benda mati tanpa ruh jika tanpa adanya hospitality. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hospitality dalam dunia pariwisata khususnya bidang perhotelan sangatlah penting dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada setiap wisatawan atau tamu yang datang. Salah satu bentuk pelayanan yang paling nyata dalam memberikan kesan ramah kepada orang lain adalah senyum. Senyum adalah ekspresi wajah yang dibentuk dengan melenturkan otot-otot di dekat kedua ujung mulut. Senyum juga dapat ditemukan di sekitar mata. Di antara manusia, itu adalah ekspresi kesenangan, kegembiraan dan kebahagiaan.

Studi lintas budaya menunjukkan bahwa tersenyum adalah sarana untuk mengomunikasikan emosi ke seluruh dunia. Tetapi ada perbedaan besar antara budaya yang berbeda. Senyum bisa spontan atau buatan (ketika orang merasa wajib untuk tersenyum). Kebahagiaan paling sering menjadi penyebab motivasi dari sebuah senyuman. Senyum adalah sinyal nonverbal yang paling dikenal secara universal. Ini memiliki kekuatan besar untuk meredakan situasi tegang, memperlancar layanan pelanggan, meningkatkan tingkat kerja tim, dan mengkomunikasikan keramahan.

Senyum yang tulus dapat mengomunikasikan emosi yang menyenangkan seperti kebahagiaan, penerimaan, dan penghargaan. Emoticon ‘Wajah tersenyum’ berwarna kuning yang sering kita lihat di publikasi adalah simbol universal kebahagiaan. ‘Warnanya dikaitkan dengan kecerahan matahari’ (Gives, 1999).

Apa arti tersenyum?

Ketika Anda tersenyum, itu menunjukkan kesenangan, baik bahwa Anda secara umum bahagia dan menikmati kebersamaan dengan orang lain. Senyum penuh melibatkan seluruh wajah, terutama termasuk mata, yang berkerut dan ‘berkedip’. Senyum yang tulus seringkali asimetris dan biasanya lebih besar di sisi kanan wajah. Senyum palsu mungkin lebih simetris atau lebih besar di sisi kiri wajah. Tersenyum juga merupakan tanda kepatuhan saat orang tersebut secara efektif memohon penerimaan. Senyum dan tawa tidak selalu merupakan ekspresi emosi yang menyenangkan.

Bentuk Senyum

1. Senyum Tulus

Senyum tulus dihasilkan oleh otak bawah sadar, jadi senyum itu otomatis. Ketika orang merasakan kesenangan, sinyal melewati bagian otak yang memproses emosi. Selain membuat otot-otot mulut bergerak, otot-otot yang mengangkat pipi—orbicularis oculi dan pars orbitalis—juga berkontraksi, membuat mata berkerut, dan alis sedikit turun. Dalam senyuman yang tulus, beberapa otot wajah ikut bermain, tidak hanya mulut, dan seluruh wajah terlibat, termasuk pengetatan di sekitar mata. Tindakan di sekitar mata ini sangat sulit untuk dipalsukan dan merupakan sinyal utama untuk senyuman yang otentik, mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Senyum tulus muncul di kedua sisi wajah. Senyum yang tulus menunjukkan kejujuran dan keterbukaan terhadap komunikasi. Givens (1999) menggambarkan ‘senyum zygomatic’ sebagai ‘senyum tulus’ yang ‘sulit dibuat sesuai permintaan’, karena itu adalah senyum kebahagiaan atau kegembiraan yang tulus. Senyum ini dibentuk oleh sudut mulut melengkung ke dalam dan sudut luar mata berkerut menjadi kaki gagak. Ini adalah senyum spontan, didikte oleh emosi, dan karena itu merupakan cerminan akurat dari suasana hati orang tersebut.

2. Senyum Palsu

Para ilmuwan membedakan antara senyum Asli dan Palsu dengan menggunakan sistem pengkodean yang disebut FACS, yang dirancang oleh Profesor Paul Ekman dari Universitas California dan Dr Wallace V. Friesen dari Universitas Kentucky (BBC). Sementara variasi fisik dari beberapa senyuman terlihat jelas, ada senyuman yang secara fisik serupa tetapi memiliki arti yang berbeda. Senyum bisa dipalsukan, dibuat-buat, atau dicap sebagai kebiasaan. Senyum palsu dapat dilakukan sesuka hati, karena sinyal otak yang membuatnya berasal dari bagian otak yang sadar dan mendorong otot zygomaticus mayor di pipi berkontraksi. Ini adalah otot-otot yang menarik sudut mulut ke luar. Senyum palsu terkadang muncul lebih kuat di satu sisi wajah (biasanya sisi kanan). Tersenyum dengan bibir saja seringkali merupakan kebohongan, di mana orang tersebut ingin menyampaikan kesenangan atau persetujuan tetapi sebenarnya merasakan sesuatu yang lain. Senyum palsu ini dikenal sebagai senyum Duchenne, setelah para ilmuwan pertama kali menggambarkannya pada tahun 1862. Senyum palsu juga cenderung bertahan lebih lama.

Kategori Senyum

Senyum Sederhana

Senyum sederhana adalah ketika gigi tidak terlihat. Kami biasanya memakai senyum sederhana ketika kami menonton sesuatu yang menarik atau menyenangkan tetapi tidak terlibat secara fisik dalam tindakan tersebut. Kami tersenyum pada diri kami sendiri.

Senyum Atas

Senyum atas memperlihatkan rangkaian gigi atas. Itu adalah senyum ramah, biasanya dipakai saat kita menyapa seseorang. Ini disertai dengan kontak mata.

Senyum Lebar

Senyum lebar memperlihatkan kedua set gigi dan biasanya disertai dengan tawa, seringkali tanpa kontak mata

Beberapa penelitian menyimpulkan alasan mengapa senyum sangat penting untuk dilakukan, dan berikut adalah alasan untuk tersenyum:

  1. Senyum membuat kita menarik
  2. Senyum mengubah suasana hati kita
  3. Senyum itu menular
  4. Tersenyum meredakan stres
  5. Tersenyum meningkatkan sistem kekebalan tubuh anda
  6. Tersenyum menurunkan tekanan darah anda
  7. Tersenyum melepaskan endorfin, pembunuh rasa sakit alami, dan serotonin
  8. Tersenyum mengangkat wajah dan membuat anda terlihat lebih muda
  9. Tersenyum membuat anda tampak sukses
  10. Tersenyum membantu anda tetap positif

Dalam dunia hospitality, tidak akan ada grooming yang sempurna tanpa dilengkapi dengan senyum yang asli dan tulus. Maka, tunggu apalagi? Tersenyumlah dan terbarlah energi positif dalam diri anda kepada lingkungan di sekitar anda.

 

Sumber : Body Language: A Guide for Professionals, By Hedwig Lewis, 1998

Chat via What'sApp Klik Disini!